Siti Khadijah,istri yang dinantikan di Surga oleh Nabi Muhammad SAW

Siti Khadijah,istri  yang dinantikan di Surga oleh Nabi Muhammad SAW

Mengawali Ceramah Agama dalam rangka taddarus dalam kegiatan pondok Romadhon, Ustadz Anam mengisahkan tentang Siti Khadijah yang merupakan istri pertama Nabi Muhammad yang memiliki banyak keistimewaan. Siti Khadijah mendapat julukan "Ath Thoriah", yang berarti bersih dan suci. Sebagai istri Nabi Muhammad, ia mendapat gelar Ummul Mukminin (ibu dari orang mukmin) dan Sayyidatu Nisa'il 'alamin (penghulu para wanita di dunia pada zamannya). Siti Khadijah adalah istri yang sangat dicintai Rasulullah. Bahkan, selama 25 tahun pernikahan mereka, Nabi Muhammad tidak pernah menikah dengan perempuan lain. 

Kehidupan Khadijah sebelum bersama Rasulullah Khadijah binti Khuwailid lahir pada sekitar tahun 555 di Mekkah, Arab Saudi. Ia adalah putri dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Zaidah. Seperti sang ayah, Khadijah berprofesi sebagai pedagang. Ia dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan agung, serta memiliki pendirian yang teguh dan perangainya luhur. Sebelum bertemu Rasulullah, Khadijah pernah dua kali menikah. Suami pertamanya adalah Abu Halal Al-Nabbasi bin Zuhrah. Setelah Abu Halal meninggal, Khadijah dinikahi Atiq bin Abdul Makhzumi. Khadijah kembali menjanda setelah Atiq bin Abdul Makhzumi meninggal. Sebagai janda kaya yang berperangai luhur, tidak sedikit pemuka kaum Quraisy yang ingin memperistrinya. Namun, pada akhirnya, pilihan Khadijah justru jatuh pada Muhammad, pria sederhana yang jauh lebih muda darinya. 

Menjadi istri pertama Nabi Muhammad Dalam mengurus bisnisnya, Siti Khadijah dikenal sebagai perempuan yang andal, pintar, dan cekatan. Suatu hari, hatinya tertambat pada Muhammad, seorang pria sederhana yang tepercaya, jujur, dan memiliki akhlak mulai. Saat itu, Muhammad belum diangkat oleh Allah menjadi Nabi umat Islam. Siti Khadijah dinikahi oleh Rasulullah ketika telah dua kali menjanda dan usianya menyentuh 40 tahun. Sementara Rasulullah baru berusia 25 tahun. Dalam riwayat disebut bahwa Khadijah adalah pedagang kaya yang memiliki rombongan dagang yang besar. Untuk itu, ia sering mengupah seseorang untuk menyertai dagangan dalam rombongan kafilahnya ke berbagai daerah.

Suatu ketika, Abu Thalib, paman Nabi Muhammad, mendengar bahwa Khadijah sedang mempersiapkan rombongan dagang ke negeri Syam. Baca juga: Kisah Nabi Muhammad Sebelum Diangkat Menjadi Rasul Abu Thalib kemudian mendatangi Siti Khadijah dan menawarkan agar Muhammad dipercaya untuk menyertai dagangan tersebut. Setelah disetujui, Muhammad membawa dagangan ke Syam dengan didampingi oleh Maisarah, budak Siti Khadijah. Berkat keterampilan dan kejujuran Muhammad, dagangan yang mereka bawa menghasilkan keuntungan besar. Sekembalinya ke Mekkah, Maisarah menceritakan tentang kejujuran, amanah, dan kemuliaan akhlak Muhammad kepada Khadijah. Cerita itu membuat Khadijah jatuh cinta, lalu meminta sahabatnya, Nufaisa binti Muniya, untuk menjajaki kemungkinan Muhammad menjadi suaminya. Dari situlah, berlangsung pernikahan antara Siti Khadijah dan Muhammad, yang belum diangkat sebagai rasul. Muhammad sendiri memperistri Khadijah bukan karena kekayaan atau status sosialnya, melainkan karena pribadi dan akhlaknya yang mulia.

 Mendampingi awal kenabian Rasulullah Perbedaan usia yang mencolok tidak menjadi penghalang dalam rumah tangga Khadijah dan Muhammad. Kematangan Siti Khadijah pada usia 40 tahun membuat Muhammad merasa nyaman. Ketika pernikahan mereka berjalan 15 tahun, Muhammad diangkat menjadi nabi. Siti Khadijah menjadi sosok yang menenangkan hati Muhammad saat pertama kali menerima wahyu sebagai utusan Allah. Pasalnya, ketika itu, Rasulullah benar-benar dilanda kecemasan luar biasa. Siti Khadijah pun menjadi orang pertama yang menerima dan memeluk Islam, sebelum Rasulullah berdakwah di kalangan para sahabat. Pada masa awal kenabian, Siti Khadijah mencurahkan harta, pikiran, dan tenaganya untuk mendukung Nabi Muhammad dalam menegakkan agama Islam. 

Siti Khadijah sangat berjasa bagi perkembangan dan penyiaran Islam pada awal kenabian hingga wafatnya pada sekitar tahun 619. Diperkirakan, Siti Khadijah meninggal pada usia 65 tahun, bertepatan dengan tahun kesepuluh kenabian Rasulullah. Selama 25 tahun membina rumah tangga dengan Nabi Muhammad, Siti Khadijah tidak pernah dimadu. Nabi Muhammad baru menikah lagi setelah ia meninggal. Hal itu menjadi salah satu keistimewaan Siti Khadijah. Beberapa keistimewaan Siti Khadijah lainnya adalah, ia menjadi orang pertama yang masuk Islam dan menjadi salah satu perempuan yang dinantikan surga.